Generasi Z, yang umumnya mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, telah tumbuh dalam dunia yang sepenuhnya terdigitalisasi. Mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa internet, smartphone, dan media sosial. Hal ini menjadikan Generasi Z unik dibandingkan dengan generasi sebelumnya dalam berbagai aspek, termasuk dalam hal cara mereka belajar dan berinteraksi dengan pengetahuan.
Keunikan gaya belajar Generasi Z menuntut sistem pendidikan untuk melakukan adaptasi dan inovasi. Model pembelajaran konvensional yang berbasis ceramah, buku teks, dan ruang kelas fisik menjadi semakin tidak relevan jika tidak disesuaikan dengan preferensi belajar generasi ini. Oleh karena itu, memahami gaya belajar Generasi Z menjadi langkah penting dalam merancang sistem pendidikan modern yang responsif, inklusif, dan efektif.
Generasi Z sangat terbiasa menggunakan perangkat digital untuk mencari dan mengakses informasi. Mereka cenderung lebih nyaman belajar melalui video interaktif, aplikasi pembelajaran, dan sumber online dibandingkan buku teks konvensional (Seemiller & Grace, 2016).
Gaya belajar mereka lebih visual dan interaktif. Mereka menyukai infografis, animasi, dan media audio-visual yang membuat materi pelajaran lebih mudah dipahami dan menarik.
Generasi Z cenderung memiliki kemandirian tinggi dalam belajar. Mereka terbiasa mencari informasi secara mandiri melalui YouTube, Google, dan platform daring lainnya. Mereka juga menyukai fleksibilitas dalam waktu dan tempat belajar (Turner, 2015).
Mereka terbiasa melakukan multitasking dan lebih suka materi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk singkat (bite-sized learning). Ini membuat model pembelajaran berbasis microlearning menjadi lebih efektif bagi mereka.
Generasi Z tidak hanya ingin tahu “apa” dan “bagaimana”, tetapi juga “mengapa” suatu pengetahuan penting. Mereka lebih termotivasi untuk belajar jika melihat kaitannya dengan dunia nyata dan masa depan mereka (Pew Research Center, 2020).
Kecenderungan belajar digital Generasi Z mendorong pendidikan untuk mengadopsi pembelajaran berbasis teknologi seperti:
Pembelajaran daring (e-learning) dan hybrid
Penggunaan Learning Management System (LMS)
Gamifikasi dalam pembelajaran
Penggunaan Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) untuk menciptakan pengalaman belajar yang imersif
Kurikulum modern harus fleksibel dan adaptif, serta menyertakan konteks dunia nyata. Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) dan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) menjadi lebih efektif untuk Generasi Z.
Untuk mendukung gaya belajar Generasi Z, sistem pendidikan perlu mengintegrasikan keterampilan literasi digital, berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi dalam proses pembelajaran.
Guru bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa dalam proses eksplorasi pengetahuan. Guru perlu memiliki kecakapan digital untuk membimbing Generasi Z secara efektif.
Generasi Z menginginkan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat, kecepatan, dan gaya belajar mereka. Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan big data dapat digunakan untuk menyusun jalur belajar yang dipersonalisasi.
Tidak semua siswa Generasi Z memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Kesenjangan digital dapat menghambat kesetaraan dalam pendidikan.
Masih banyak guru dan institusi pendidikan yang belum siap secara teknis dan pedagogis untuk menghadapi gaya belajar digital dan interaktif.
Kemudahan akses teknologi juga menimbulkan tantangan berupa distraksi, adiksi gawai, dan rendahnya daya konsentrasi jika tidak diatur dengan baik.
Pembelajaran daring yang tidak diimbangi dengan interaksi langsung dapat mengurangi aspek sosial dan emosional dalam pembelajaran.
Pelatihan guru dalam teknologi pembelajaran dan pedagogi digital.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan proyek nyata.
Penyediaan akses dan infrastruktur digital yang merata.
Pengembangan konten pembelajaran yang menarik, interaktif, dan relevan.
Mendorong kolaborasi lintas disiplin antara teknologi, psikologi pendidikan, dan manajemen sekolah.
Generasi Z membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan. Gaya belajar mereka yang berbasis teknologi, visual, fleksibel, dan mandiri menuntut transformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan modern. Jika sistem pendidikan gagal menyesuaikan diri, maka akan terjadi ketimpangan antara cara mengajar dan cara belajar, yang pada akhirnya menurunkan efektivitas pendidikan.
Namun, jika sistem pendidikan mampu merespons dengan baik, maka Generasi Z dapat menjadi generasi pembelajar sepanjang hayat yang adaptif, kritis, dan siap menghadapi tantangan global. Untuk itu, diperlukan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, guru, teknologi, dan masyarakat dalam mewujudkan pendidikan yang relevan dan transformatif di era digital.
Seemiller, C., & Grace, M. (2016). Generation Z Goes to College. Jossey-Bass.
Turner, A. (2015). Generation Z: Technology and Social Interest. The Journal of Individual Psychology, 71(2), 103–113.
Pew Research Center. (2020). On the Cusp of Adulthood and Facing an Uncertain Future: What We Know About Gen Z So Far.
Prensky, M. (2001). Digital Natives, Digital Immigrants. On the Horizon, 9(5), 1–6.
OECD. (2020). Teaching and Learning in the Digital Age.
McCrindle Research. (2019). Understanding Generation Z: Characteristics and Implications.
Tinggalkan Komentar