Di tengah dinamika ekonomi global dan disrupsi teknologi yang begitu cepat, kesadaran ekonomi menjadi aspek penting yang harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak muda. Generasi muda merupakan kelompok demografis yang tidak hanya besar secara jumlah, tetapi juga memiliki potensi luar biasa dalam memengaruhi arah pembangunan ekonomi. Dalam konteks ini, peran anak muda dalam mempromosikan kesadaran ekonomi menjadi sangat vital.
Kesadaran ekonomi tidak hanya berarti memahami konsep keuangan dan ekonomi makro, tetapi juga mencakup kemampuan mengelola sumber daya, mengambil keputusan finansial yang bijak, serta memahami keterkaitan antara kebijakan ekonomi dengan kehidupan sehari-hari. Meningkatnya literasi dan partisipasi ekonomi di kalangan anak muda akan berdampak pada terciptanya masyarakat yang lebih produktif, inovatif, dan berdaya saing.
Esai ini akan membahas secara komprehensif pentingnya kesadaran ekonomi, peran strategis anak muda dalam mempromosikannya, tantangan yang dihadapi, serta strategi pemberdayaan generasi muda dalam konteks pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Kesadaran ekonomi adalah pemahaman individu terhadap prinsip-prinsip dasar ekonomi serta kemampuan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Chen & Volpe (1998), literasi ekonomi meliputi kemampuan untuk membuat keputusan keuangan yang cerdas, memahami konsep inflasi, investasi, tabungan, utang, serta dampak kebijakan ekonomi.
Di era globalisasi dan ekonomi digital, kesadaran ekonomi menjadi semakin penting karena:
Ketidakstabilan Ekonomi Global: Inflasi, krisis energi, hingga fluktuasi harga mempengaruhi kehidupan masyarakat secara langsung.
Maraknya Konsumerisme: Tanpa pemahaman ekonomi, anak muda mudah terjerumus dalam gaya hidup boros dan utang konsumtif.
Peluang Kewirausahaan: Anak muda dengan kesadaran ekonomi tinggi lebih siap memanfaatkan peluang usaha dan menciptakan lapangan kerja baru.
Tantangan Transformasi Digital: Teknologi finansial (fintech), mata uang kripto, dan ekonomi digital membutuhkan pemahaman ekonomi yang baik agar tidak mudah terjebak penipuan.
Anak muda dapat berperan sebagai duta literasi ekonomi di komunitas, sekolah, dan media sosial. Dengan kemampuan digital mereka, generasi muda bisa menciptakan konten edukatif tentang manajemen keuangan, pentingnya menabung, hingga investasi aman. Inisiatif seperti komunitas โYouth Financial Educatorsโ di berbagai negara telah membuktikan bahwa anak muda bisa menjadi agen perubahan dalam literasi ekonomi (OECD, 2020).
Generasi muda merupakan pelopor banyak startup berbasis teknologi, mulai dari e-commerce, edutech, hingga aplikasi keuangan. Dengan mendirikan bisnis digital yang mengutamakan inklusi keuangan dan efisiensi, anak muda turut mengedukasi masyarakat tentang potensi ekonomi digital.
Melalui wirausaha sosial, anak muda dapat menciptakan model bisnis yang tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga menyelesaikan masalah sosial dan ekonomi lokal. Misalnya, bisnis kopi milik petani muda yang mengedepankan perdagangan adil sekaligus edukasi konsumen tentang harga pangan (Yunus, 2010).
Anak muda bisa terlibat dalam forum-forum kebijakan publik, memberikan masukan dalam penyusunan regulasi yang berdampak pada generasi muda, seperti pajak digital, pinjaman mahasiswa, atau program bantuan modal usaha. Forum anak muda seperti G20 Youth Summit memberikan ruang partisipasi semacam ini di tingkat global.
Anak muda sebagai pengguna aktif media sosial memiliki kekuatan besar untuk memengaruhi opini publik. Dengan kampanye kesadaran ekonomi, seperti pentingnya budgeting atau bahaya pinjaman online ilegal, mereka bisa menjangkau jutaan audiens secara efektif.
Survei OJK (2022) menunjukkan bahwa literasi keuangan generasi muda Indonesia masih tergolong rendah. Banyak yang belum memahami konsep dasar seperti bunga majemuk, inflasi, atau diversifikasi investasi.
Tidak semua anak muda memiliki akses terhadap pendidikan ekonomi formal. Di banyak daerah, kurikulum ekonomi tidak diajarkan secara aplikatif atau tidak sesuai dengan konteks kehidupan anak muda.
Tekanan dari media sosial dan gaya hidup digital mendorong banyak anak muda untuk bersikap konsumtif, yang bertentangan dengan prinsip kesadaran ekonomi. Influencer yang memamerkan gaya hidup mewah tanpa edukasi finansial yang memadai memperburuk situasi.
Masih sedikit program pemerintah atau lembaga pendidikan yang secara sistematis memberdayakan anak muda sebagai agen edukasi ekonomi. Kegiatan pelatihan dan kampanye sering bersifat jangka pendek dan tidak berkelanjutan.
Pendidikan formal harus memasukkan literasi ekonomi dan keuangan ke dalam kurikulum sejak dini. Pendekatan pembelajaran harus kontekstual, interaktif, dan berbasis proyek, misalnya simulasi investasi, membuat laporan keuangan pribadi, atau analisis bisnis.
Pemerintah dan swasta perlu mengembangkan inkubator wirausaha dan pelatihan ekonomi untuk anak muda, seperti program OJK Goes to Campus atau Bank Indonesia Youth Economic Leadership Camp.
Anak muda yang aktif membuat konten edukatif tentang keuangan perlu didukung dengan pelatihan, sponsorship, dan jejaring, agar mereka dapat menjangkau lebih banyak audiens dan memperkuat pengaruh positifnya.
Lembaga pendidikan, komunitas, startup, dan pemerintah perlu berkolaborasi menciptakan ekosistem ekonomi muda yang mendukung pertumbuhan ide, pertukaran informasi, dan pembiayaan usaha mikro anak muda.
Peran anak muda dalam mempromosikan kesadaran ekonomi sangatlah strategis di era digital dan globalisasi. Mereka tidak hanya sebagai penerima dampak kebijakan ekonomi, tetapi juga sebagai pelaku aktif dalam membentuk budaya ekonomi baru yang lebih inklusif, kreatif, dan bertanggung jawab. Dengan literasi ekonomi yang baik, anak muda akan lebih siap menghadapi tantangan finansial pribadi maupun berkontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Namun, untuk mengoptimalkan peran ini, perlu upaya bersama dalam memberikan pendidikan ekonomi yang kontekstual, dukungan program pelatihan yang berkelanjutan, serta ruang partisipasi yang luas dalam proses pengambilan kebijakan ekonomi. Masa depan ekonomi bangsa sangat ditentukan oleh kualitas kesadaran ekonomi generasi mudanya.
Chen, H., & Volpe, R. P. (1998). An analysis of personal financial literacy among college students. Financial Services Review, 7(2), 107โ128.
OECD. (2020). PISA 2018 Results: Financial Literacy Framework. Paris: OECD Publishing.
OJK. (2022). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Yunus, M. (2010). Building Social Business: The New Kind of Capitalism That Serves Humanity’s Most Pressing Needs. New York: PublicAffairs.
World Economic Forum. (2021). Global Shapers Annual Survey. Geneva: WEF.
Tinggalkan Komentar