Pendahuluan
Perundungan siber atau cyberbullying merujuk pada tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan berulang kali melalui media digital untuk menyakiti, mengancam, atau merendahkan seseorang. Meskipun bentuk perundungan ini sering terjadi dalam konteks remaja, dampaknya sangat luas, terutama dalam dunia pendidikan. Perundungan siber tidak hanya mengancam kesehatan mental korban, tetapi juga memiliki konsekuensi serius terhadap prestasi akademik mereka. Sebagai fenomena yang semakin berkembang dengan pesat, penting untuk memahami bagaimana perundungan siber memengaruhi kehidupan pelajar, terutama dalam hal pencapaian akademik mereka.
1. Definisi dan Bentuk-bentuk Perundungan Siber
Perundungan siber berbeda dengan perundungan tradisional karena terjadi di dunia maya, melalui platform seperti media sosial, pesan teks, email, atau forum daring. Bentuk-bentuk perundungan siber dapat meliputi penghinaan secara terbuka, penyebaran gosip palsu, pengancaman, pelecehan gambar atau video, hingga pembentukan akun palsu untuk merusak reputasi korban. Perundungan ini dapat terjadi tanpa adanya batasan waktu atau ruang, sehingga korban merasa terancam sepanjang waktu.
Para ahli seperti Kowalski dan Limber (2014) dalam penelitian mereka menunjukkan bahwa perundungan siber dapat lebih berbahaya dibandingkan dengan perundungan fisik, karena sifatnya yang lebih anonim dan sulit dilacak. Dengan demikian, korban bisa merasa tidak ada tempat yang aman, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Selain itu, korban perundungan siber sering kali merasa malu atau takut untuk melaporkan kejadian yang mereka alami, yang semakin memperburuk dampaknya.
2. Dampak Perundungan Siber terhadap Kesehatan Mental
Dampak psikologis dari perundungan siber tidak dapat dianggap remeh. Korban yang sering kali menerima pesan-pesan negatif, ancaman, atau penghinaan, dapat mengalami perasaan cemas, depresi, dan stres yang mendalam. Rasa malu yang muncul akibat perundungan ini dapat merusak harga diri dan kepercayaan diri korban. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kowalski et al. (2014), korban perundungan siber lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dan depresi, yang berdampak negatif pada kesejahteraan mental mereka.
Gangguan mental seperti kecemasan sosial, perasaan rendah diri, hingga gangguan tidur bisa menjadi efek jangka panjang dari perundungan siber. Perasaan terisolasi dan tidak dihargai menyebabkan korban merasa tidak mampu berfungsi dengan baik dalam lingkungan sosial, termasuk di sekolah. Hal ini mengarah pada peningkatan kecemasan dan penurunan kemampuan dalam bersosialisasi, yang secara langsung mempengaruhi kinerja akademik mereka.
3. Penurunan Motivasi dan Prestasi Akademik
Motivasi akademik yang rendah adalah salah satu dampak utama dari perundungan siber. Korban yang merasa dihina dan dijadikan objek pelecehan mungkin mulai kehilangan minat terhadap pendidikan mereka. Motivasi untuk berprestasi, yang biasanya muncul dari rasa percaya diri dan dukungan sosial, menjadi berkurang. Pelajar yang terisolasi akibat perundungan cenderung merasa bahwa upaya mereka untuk berprestasi tidak dihargai, yang kemudian mengurangi gairah mereka untuk belajar.
Perren et al. (2010) dalam penelitian mereka menemukan bahwa perundungan siber yang berkelanjutan memiliki efek merusak terhadap motivasi akademik pelajar. Mereka yang menjadi korban perundungan lebih sering merasa tidak mampu mencapai tujuan akademik mereka, bahkan mungkin merasa bahwa tidak ada gunanya berusaha keras dalam bidang pendidikan jika mereka terus menerus direndahkan. Ini dapat menyebabkan mereka menarik diri dari kegiatan kelas atau mengurangi partisipasi mereka dalam kegiatan ekstrakurikuler, yang penting untuk perkembangan akademik yang menyeluruh.
4. Gangguan Konsentrasi dan Fokus dalam Pembelajaran
Konsentrasi adalah salah satu keterampilan dasar yang diperlukan untuk meraih kesuksesan dalam akademik. Namun, perundungan siber dapat mengganggu kemampuan korban untuk fokus. Rasa cemas dan stres yang disebabkan oleh perundungan ini membuat pikiran korban terpecah antara tugas akademik dan perasaan tertekan akibat perlakuan buruk yang mereka terima. Studi yang dilakukan oleh Williams (2013) mengungkapkan bahwa gangguan psikologis yang disebabkan oleh perundungan siber dapat menghambat konsentrasi dan daya ingat pelajar.
Gangguan konsentrasi ini berbahaya bagi prestasi akademik korban. Saat pelajar merasa cemas atau khawatir tentang perundungan yang mereka alami, fokus mereka akan teralihkan dari pelajaran atau ujian yang mereka hadapi. Akibatnya, mereka mungkin kehilangan informasi penting yang disampaikan di kelas atau bahkan gagal untuk memahami materi yang diajarkan. Dalam jangka panjang, hal ini mengarah pada penurunan performa akademik yang signifikan.
5. Perundungan Siber dan Gangguan Tidur
Tidur yang berkualitas sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental seseorang, terutama bagi pelajar yang sedang berada dalam masa perkembangan. Namun, perundungan siber dapat menyebabkan gangguan tidur yang serius. Korban perundungan siber sering kali merasa gelisah, cemas, dan bahkan takut untuk tidur karena khawatir akan ancaman atau pelecehan yang mereka terima secara online. Berdasarkan penelitian McLoughlin (2013), kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu proses pembelajaran dan mempengaruhi kemampuan kognitif.
Gangguan tidur ini memiliki dampak jangka panjang pada kinerja akademik. Kurang tidur dapat memengaruhi kemampuan otak untuk mengolah informasi, mengingat materi pelajaran, dan membuat keputusan yang baik selama ujian. Selain itu, kelelahan yang disebabkan oleh kurang tidur dapat menurunkan mood dan energi korban, yang selanjutnya mengurangi motivasi untuk belajar.
6. Dampak Sosial dan Isolasi
Perundungan siber tidak hanya memengaruhi kesejahteraan psikologis korban, tetapi juga berdampak pada hubungan sosial mereka. Korban perundungan siber sering kali merasa terisolasi dan dijauhi oleh teman-teman mereka. Tindakan perundungan yang terjadi di dunia maya sering kali juga berdampak pada interaksi sosial di dunia nyata, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Patchin dan Hinduja (2010) mengungkapkan bahwa perundungan siber menyebabkan korban menjauh dari lingkungan sosial mereka, termasuk teman-teman sekolah, yang mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan dukungan sosial dan akademik.
Isolasi sosial ini memperburuk keadaan, karena dukungan sosial dari teman-teman atau keluarga memiliki peran penting dalam mendorong pelajar untuk tetap bersemangat dan percaya diri dalam menempuh pendidikan. Tanpa dukungan ini, korban perundungan siber mungkin merasa terpinggirkan dan kehilangan motivasi untuk mencapai tujuan akademik mereka.
7. Strategi untuk Mengatasi Dampak Perundungan Siber
Untuk mengatasi dampak perundungan siber terhadap prestasi akademik, pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak sangat diperlukan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
-
Pendidikan tentang Bahaya Perundungan Siber: Menanamkan pemahaman kepada pelajar tentang dampak perundungan siber dan pentingnya etika dalam menggunakan teknologi adalah langkah preventif yang sangat penting. Dengan pemahaman ini, diharapkan pelajar dapat menghindari terlibat dalam perundungan siber atau menjadi korban.
-
Pendampingan Psikologis: Korban perundungan siber memerlukan dukungan emosional dan psikologis untuk membantu mereka mengatasi kecemasan, depresi, dan stres. Konseling psikologis dapat membantu korban untuk membangun kembali rasa percaya diri mereka dan memulihkan kesehatan mental.
-
Peran Orang Tua dan Guru: Orang tua dan guru harus lebih peka terhadap tanda-tanda perundungan siber dan segera mengambil tindakan untuk melindungi korban. Dukungan dari orang dewasa sangat penting dalam membantu pelajar mengatasi tekanan psikologis yang mereka alami.
-
Penerapan Kebijakan yang Tegas: Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas dan tegas mengenai perundungan siber, yang mencakup mekanisme pelaporan, penyelidikan, dan pemberian sanksi terhadap pelaku. Kebijakan yang mendukung korban dan melibatkan pihak berwenang dapat mengurangi prevalensi perundungan siber di kalangan pelajar.
8. Kesimpulan
Dampak perundungan siber terhadap prestasi akademik adalah masalah serius yang tidak bisa diabaikan. Perundungan siber dapat menyebabkan gangguan psikologis yang mempengaruhi motivasi, konsentrasi, serta hubungan sosial pelajar. Dalam jangka panjang, efek-efek ini dapat berkontribusi pada penurunan prestasi akademik yang signifikan. Oleh karena itu, untuk melindungi kesejahteraan mental dan akademik pelajar, penting bagi seluruh elemen masyarakatโbaik sekolah, keluarga, dan pemerintahโuntuk bekerjasama dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi pelajar, bebas dari perundungan siber.
Referensi:
- Kowalski, R. M., & Limber, S. P. (2014). Psychological, physical, and academic outcomes of cyberbullying and traditional bullying. Journal of Adolescent Health, 54(1), 25-31.
- Perren, S., Corcoran, L., & Dooley, J. J. (2010). The relationship between bullying, friendship, and depression in the transition to secondary school. Journal of Youth and Adolescence, 39(4), 359-371.
- Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2010). Cyberbullying and self-esteem. Journal of School Health, 80(12), 614-621.
- Williams, A. (2013). Impact of bullying on academic performance. Journal of School Psychology, 51(5), 614-627.
- McLoughlin, C. (2013). Effects of sleep disruption on academic performance. Journal of Sleep Research, 22(1), 1-9.
Tinggalkan Komentar