Sleman (MTsN 8 Sleman) – Gelaran Hari Batik Nasional di MTsN 8 Sleman tahun ini berlangsung meriah dengan mengusung tema “Krukru Ruyuk (Kruyuk-kruyuk Jadi Karya)”. Tema tersebut menjadi simbol semangat dan kreativitas siswa dalam menghasilkan karya batik dengan berbagai teknik. Salah satu yang menarik perhatian adalah karya batik ciprat hasil kreasi siswa kelas 9C dan 9D yang kini telah siap memasuki tahap pelorodan pada puncak acara.
Batik ciprat merupakan salah satu teknik membatik yang unik karena menggunakan cipratan warna sebagai motif utama. Teknik ini membutuhkan ketelitian dalam mengatur komposisi warna agar hasilnya tetap indah dan harmonis. Siswa kelas 9C dan 9D diberi tanggung jawab khusus untuk menguasai teknik ini, dan mereka berhasil menyelesaikan proses hingga tahap penguncian warna. Kini, mereka menantikan momen pelorodan untuk melihat hasil akhir karya mereka.
Proses membatik dengan teknik ciprat tidaklah singkat. Para siswa harus melalui beberapa tahapan, mulai dari persiapan kain, pencipratkan malam, pewarnaan, penguncian warna, hingga pelorodan Pada puncak kegiatan Hari Batik Nasional, karya mereka telah mencapai tahap akhir sebelum pelorodan. Tahap ini menjadi momen penting karena akan menentukan keindahan motif ciprat yang telah mereka buat dengan penuh kesabaran.
Salah satu siswa kelas 9C, Afifah Fitia, mengungkapkan rasa bangganya terhadap karya yang telah mereka hasilkan. “Cukup panjang teknik ciprat ini yang harus kami selesaikan. Tapi pada puncak Hari Batik kami sangat berharap nanti kain kami bisa di-lorod dan kami tahu hasil batik ciprat kami seperti apa,” ujarnya dengan penuh antusias. Ungkapan tersebut mencerminkan semangat siswa dalam menjaga tradisi sekaligus berkreasi melalui batik.
Guru pembimbing batik MTsN 8 Sleman menilai bahwa keterlibatan siswa dalam kegiatan ini bukan hanya sekadar praktik keterampilan, tetapi juga sarana pembelajaran karakter. Melalui proses membatik, siswa dilatih untuk sabar, teliti, dan bertanggung jawab terhadap karya yang mereka hasilkan. Teknik ciprat yang terlihat sederhana ternyata membutuhkan konsentrasi tinggi agar hasilnya tidak berantakan dan tetap memiliki nilai estetika.
Kegiatan membatik ini juga menjadi ajang kebersamaan antar siswa. Mereka saling membantu dalam setiap tahapan, mulai dari menyiapkan bahan hingga mengeringkan kain. Kebersamaan tersebut semakin memperkuat makna tema “Krukru Ruyuk” yang menekankan bahwa kerja keras bersama-sama dapat menghasilkan karya yang membanggakan.
Dengan siapnya batik ciprat karya siswa kelas 9C dan 9D untuk diproses pelorodan, puncak Hari Batik Nasional di MTsN 8 Sleman semakin dinantikan. Hasil karya ini diharapkan tidak hanya menjadi bukti keterampilan siswa dalam membatik, tetapi juga menjadi simbol kecintaan mereka terhadap warisan budaya bangsa. Melalui kegiatan ini, MTsN 8 Sleman kembali menegaskan perannya sebagai madrasah keterampilan batik yang berkomitmen melestarikan budaya sekaligus mengembangkan kreativitas generasi muda. (adp)
Tinggalkan Komentar