Penampilan Fashion Show MTsN 8 Sleman di Podcast Kemenag Sleman Tampilkan Inovasi Batik Cap Cip Clup

Sleman (MTsN 8 Sleman) – MTs Negeri 8 Sleman kembali menunjukkan eksistensinya dalam pelestarian dan inovasi budaya melalui partisipasinya dalam podcast Kementerian Agama Kabupaten Sleman yang digelar pada Kamis (8/5/2025). Mengusung tema “Inovasi Batik Cap Cip Clup ala MTsN 8 Sleman,” penampilan madrasah ini sukses mencuri perhatian para pemirsa podcast yang disiarkan langsung dari ruang podcast Kantor Kemenag Sleman. Kegiatan ini menjadi ajang bagi MTsN 8 Sleman untuk memperkenalkan inovasi batik khas mereka, yang menggabungkan tiga teknik batik: cap, ciprat, dan celup, menjadi karya yang unik dan penuh kreativitas.

Dalam podcast tersebut, guru-guru batik dari MTsN 8 Sleman seperti Rochmad Rapih Raharjo, S.Pd., dan Anita Dwi Astuti, S.Pd., memberikan penjelasan tentang proses kreatif yang dijalankan di madrasah dalam mengajarkan batik kepada para siswa. Mereka menjelaskan bagaimana teknik “Cap Cip Clup” menjadi inovasi yang tidak hanya menambah variasi dalam dunia batik, tetapi juga memberi pengalaman belajar yang menarik bagi siswa. Para siswa diajak untuk memadukan teknik-teknik tersebut sehingga menghasilkan motif batik yang lebih hidup, ekspresif, dan penuh warna.

Acara podcast ini mencapai puncaknya ketika ditutup dengan penampilan fashion show yang melibatkan dua siswa MTsN 8 Sleman, yaitu Alya dan Salwa, keduanya merupakan siswa kelas IX. Dalam fashion show tersebut, Alya dan Salwa memeragakan busana batik yang merupakan hasil karya terbaru dari program inovasi batik madrasah ini. Balutan kain batik Cap Cip Clup yang mereka kenakan memukau hadirin, memadukan teknik cap yang rapi, ciprat yang dinamis, dan celup warna yang kaya, menciptakan busana yang elegan namun tetap mencerminkan semangat muda.

Anita Dwi Astuti, S.Pd., selaku guru batik MTsN 8 Sleman, menjelaskan bahwa setiap siswa kelas IX di madrasah ini memang diwajibkan membuat bahan sandang berupa kain batik dengan teknik Cap Cip Clup sebagai bagian dari kurikulum ketrampilan. “Untuk siswa kelas 9, mereka harus sudah bisa menguasai ketiga teknik, yakni cap, ciprat, dan celup. Ini menjadi tugas akhir mereka sebelum lulus, sekaligus bentuk pelestarian budaya batik di lingkungan madrasah,” jelasnya. Dengan pendekatan seperti ini, MTsN 8 Sleman tidak hanya mengajarkan teori budaya, tetapi juga praktik nyata yang menghasilkan karya.

Lebih lanjut, Anita menuturkan bahwa proses belajar membatik ini disesuaikan dengan jenjang kelas. Siswa kelas VIII diarahkan untuk membuat batik dengan teknik cap dan celup, sebagai tahap pengenalan lanjutan yang mengasah keterampilan teknik mereka. Sementara itu, untuk siswa kelas VII, proses pembelajaran diawali dengan teknik batik jumput jelujur, yakni teknik dasar yang lebih sederhana namun tetap memberikan hasil kain yang menarik. Hasil karya kelas VII ini nantinya akan dijadikan seragam sekolah, sehingga para siswa bisa dengan bangga mengenakan hasil karya mereka sendiri.

Penampilan MTsN 8 Sleman dalam podcast Kemenag Sleman ini menjadi bukti nyata bahwa madrasah mampu menjadi pelopor inovasi dalam pelestarian budaya lokal. Dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses kreatif, MTsN 8 Sleman tak hanya membekali mereka dengan keterampilan batik, tetapi juga membangun rasa cinta budaya serta percaya diri yang kuat. Fashion show yang digelar sebagai penutup acara tersebut menjadi simbol keberhasilan madrasah ini dalam mengintegrasikan pendidikan budaya ke dalam kurikulum yang lebih hidup dan bermakna. (adp)