Jumput Jelujur Seragam Siswa MTsN 8 Sleman, Proses Kreatif dan Pembelajaran Karakter yang Mendalam

Sleman (MTsN 8 Sleman) Pada 10 Maret 2025, Madrasah unggulan batik, MTs N 8 Sleman  melaksanakan pembelajaran penuh makna di bengkel batik MTs N 8 Sleman, di mana siswa-siswa kelas VII semester 2 menjalani proses pembuatan batik melalui teknik jumput jelujur. Proses panjang dan penuh ketelitian ini tidak hanya mengajarkan keterampilan batik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai karakter yang mendalam pada para siswa.

Proses pembuatan batik jumput jelujur ini dimulai dengan langkah pertama yang sangat penting, yaitu membuat pola. Pola ini adalah dasar dari setiap motif batik yang akan digunakan pada seragam siswa. Setelah pola selesai, langkah berikutnya adalah memindahkan pola ke kain yang sudah dipersiapkan, sebuah proses yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran tinggi.

Setelah pola tertransfer, barulah tahap menjahit dimulai. Dalam teknik jumput jelujur, kain akan dijahit dengan benang sesuai pola dan  pada bagian-bagian tertentu untuk mengikatnya, kemudian dilanjutkan dengan teknik menarik benang untuk menciptakan efek  pada motif. Tahap akhir dari proses ini adalah pewarnaan, yang dilakukan menggunakan naptol dengan teknik jelujur  ikat celup. Proses pewarnaan ini memberikan warna yang khas dan elegan pada kain batik, yang nantinya akan menjadi seragam khas Madrasah.

Kegiatan ini berlangsung di bengkel batik MTsN 8 Sleman, yang dilengkapi dengan peralatan dan fasilitas yang mendukung. Guru Batik, Anita Dwi Astuti, S.Pd, menjelaskan bahwa hasil dari tugas batik ini akan digunakan sebagai seragam resmi untuk siswa-siswa tersebut. Setiap siswa kelas VII diwajibkan untuk membuat seragam batik mereka sendiri, yang akan digunakan pada kelas 8 dan 9.

Kepala Madrasah MTsN 8 Sleman, Agus Sholeh, S.Ag, dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi kepada para siswa yang telah menunjukkan ketekunan dan kerja keras mereka selama proses pembuatan seragam batik. Ia menyampaikan bahwa pembuatan batik ini tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis, tetapi juga menjadi sarana untuk mengembangkan karakter siswa.

“Proses ini tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi lebih dari itu, siswa diajarkan untuk bersabar, teliti, jujur, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini sangat penting dalam kehidupan mereka, dan pembuatan batik ini menjadi cara yang efektif untuk menanamkan karakter-karakter tersebut,” kata Agus Sholeh.

Siswa-siswa yang terlibat dalam pembuatan seragam batik ini tampak antusias dan penuh semangat. Mereka menyadari bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar pembuatan seragam, tetapi juga sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap karya mereka sendiri. Proses yang panjang dan penuh kesabaran ini menjadi pengalaman berharga bagi mereka.

Selain itu, kegiatan ini juga memperkenalkan para siswa pada warisan budaya Indonesia, khususnya dalam hal seni batik, yang merupakan salah satu warisan budaya tak benda dunia yang sangat kaya akan nilai-nilai estetika dan filosofis. Dengan mempelajari teknik batik secara langsung, siswa dapat merasakan betapa pentingnya melestarikan dan mengembangkan budaya ini, serta menghargai hasil karya seni yang penuh makna.

Melalui kegiatan ini, diharapkan tidak hanya keterampilan batik yang berkembang, tetapi juga nilai-nilai karakter yang akan menjadi bekal penting bagi masa depan para siswa MTsN 8 Sleman. Pembelajaran yang diintegrasikan dalam pembuatan batik ini menjadi fondasi yang kuat dalam membentuk pribadi-pribadi yang sabar, teliti, jujur, dan bertanggung jawab. Sebuah langkah kecil menuju pembentukan generasi yang lebih baik dan siap menghadapi tantangan masa depan. (r3)